Selasa, 16 Desember 2014

PANDANGAN DAN PEMIKIRAN FILSAFAT SEJARAH ZAMAN MODERN (Pitirim Alexandrovich Sorokin)



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sorokin ilmuwan Rusia yang mengungsi ke Amerika Serikat sejak Revolusi Komunis 1917. Ia lahir di Rusia pada tahun 1889. Beliau memusatkan perhatiannya pada tingkat budaya, dengan menekankan pada arti, nilai, norma dan simbol sebagai kunci untuk memahami kenyataan sosial-budaya. Sorokin juga menekankan adanya saling ketergantungan antara pola-pola budaya. Ia percaya bahwa masyarakat adalah suatu sistem interaksi dan kepribadian individual. Sorokin menilai gerak sejarah dengan gaya, irama dan corak ragam yang kaya raya dipermudah, dipersingkat dan disederhanakan sehingga menjadi teori siklus. Ia menyatakan bahwa gerak sejarah menunjukkan fluctuation of age to age, yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam. Ia menyatakan adanya cultural universal dan di dalam alam kebudayaan itu terdapat masyarakat dan aliran kebudayaan. Sorokin mengidentifikasi adanya 3 supersistem (mentalitas budaya) yang ada di dunia, yaitu:
a.       Sistem ideasional, yaitu kerohanian, keagamaan, ketuhanan, dan kepercayaan.
b.      Sistem inderawi, ysitu serba jasmaniah, mengenai keduniawian, dan berpusat pada pancaindera.
c.       Sistem campuran, yaitu perpaduan dua sistem sebelumnya (idealistic).
Sejarah sosiol kultural merupakan lingkaran yang bervariasi antara ketiga supersistem yang mencerminkan kultur yang agak homogen. Tiga jenis kebudayaan adalah suatu cara untuk menghargai atau menentukan nilai suatu kebudayaan. Menurut Sorokin tidak terdapat hari akhir ataupun kehancuran, ia hanya melukiskan perubahan-perubahan dalam tubuh kebudayaan yang menentukan sifatnya untuk sementara waktu. Apabila sifat ideational dipandang lebih tinggi dari sensate dan sifat idealistic ditempatkan diantaranya, maka terdapat gambaran naik-turun, timbul-tenggelam dan pasang-suruta dalam gerak sejarah tidak menunjukkan irama dan gaya yang tetap dan tertentu. Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak sejarah atau muara gerak sejarah, ia hanya melukiskan prosesnya atau jalannya gerak sejarah. Sehingga Bukan pada positivistik yang mendasarkan pada data empiris (kebudayaan inderawi) tetapi pada integralistik budaya yang mendasarkan diri pada pandangan dunia (world view) terhadap keseluruhan yang saling melengkapi antara kebudayaan iderawi (materiil) dan ideasional (non materiil, transenden tidak dapat ditangkap oleh inderawi).

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangdiatas,  maka kami akan membahas mengenai beberapa hal yang terangkum dalam rumusan masalah berikut ini :
1)    Bagaimana biografi Pitirim Alexandrovich Sorokin ?
2)    Bagaimana pandangan filsafat sejarah menurut Pitirim Alexandrovich Sorokin ?
3)    Bagaimana kesimpulan dari pandangan filsafat menurut Pitirim Alexandrovich Sorokin ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan perumusan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1)   Untuk mengetahui biografi dari Pitirim Alexandrovich Sorokin
2)   Untuk mengetahui pandangan filsafat sejarah menuurut Pitirim Alexandrovich Sorokin
3)   Untuk mengetahui kesimpulan pandangan filsafat menurut Pitirim Alexandrovich Sorokin




1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penulisan makalah yang sudah dipaparkan di atas, maka manfaat penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1)      Untuk memberikan pengetahuan baru bagi para pembaca yakni tentang biogarfi Pitirim Alexandrovich Sorokin
2)      Untuk berbagi informasi tentang pandangan filsafat sejarah menurut Pitirim Alexandrovich Sorokin
3)      Untuk memberikan pengetahuan baru tentang kesimpulan dari pandangan filsafat menurut Pitirim Alexandrovich Sorokin








BAB 2. PEMBAHASAN

2.1  Biografi Pitirim Alexandrovich Sorokin

Pitirim Alexandrovich Sorokin lahir di Rusia pada 21 Januari 1889. Beliau adalah seorang akademis dan aktivis politik di Rusia, ia beremigrasi dari Rusia ke Amerika Serikat pada tahun 1917. Ia mendirikan Departemen Sosiologi di Universitas Harvard. Ia terkenal untuk sumbangannya kepada teori siklus sosial.Pitirim menempuh pendidikan di Universitas St Petersburg setelah itu ia mengajar pada bidang sosiologi dan hukum. Sorokin dipenjarakan tiga kali oleh rezim tsar Rusia Kekaisaran; selama Revolusi Rusia ia adalah seorang anggota dari Alexander Kerensky ‘s Pemerintahan Sementara Rusia. Setelah Revolusi Oktober dia terlibat dalam kegiatan anti-Komunis, yang kemudian ia dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Komunis yang menang pada saat itu. Namun ia berhasil lari ke pengasingan dan bebas dari hukuman. Pada 1917 ia beremigrasi ke Amerika Serikat dan menetap secara tetap. Sorokin adalah profesor sosiologi di University of Minnesota (1924-30) dan di Universitas Harvard (1930-55), dan tersohor dengan karangannya : social and cultural dynamics 4 jilid (1937-1941), the crisis of our age (1941) dan society, culture and personality
2.2  Pandangan Filsafat Sejarah menurut Pitirim Alexandrovich Sorokin
Sorokin membentangkan sebuah teori yang berlainan sekali,ia tidak mengakui adanya cyclus seperti hokum fatum ala Spengler, ia tidak menerima pula teori evolusi seperti marx, teori augustinus dan Toynbee yang menuju kearah kerajaan Allah baginya tak dapat disetujuinya.
Ia menyatakan bahwa ahli-ahli sejarah seperti Spengler, Toynbee dan lain-lain membuat teori yang tidak benar-benar menghargai kenyataan sejarah. Gerak sejarah dengan gaya, irama dan corak ragam yang kaya raya dipermudah, dipersingkat dan disederhanakan sehingga menjadi teori cyclus atau teori kerajaan Tuhan. Oleh sebab itu Sorokin menyatakan bahwa gerak gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age yaitu naik-turun, pasang surut, timbul tenggelam dengan ganti berganti.
Ia menyatakan tentang adanya cultural universe atau alam kebudayaan dan di dalam alam kebudayaan itu terdapat masyarakat-masyarakat dan aliran-aliran kebudayaan. Dalam alam yang seluas itu terdapat tiga corak (types) yaitu :
1.      Ideational yaitu mengenai kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayaan. Tipe ini mempunyai dasar berpikir (premis) bahwa kenyataan akhir itu bersifat nonmateril, transenden dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Dunia ini dilihat sebagai suatu ilusi, sementera dan tergantung pada dunia transenden, atau sebagai aspek kenyataan yang tidak sempurna dan tidak lengkap. Kenyataan akhir merupakan dunia Ilahi, atau suatu konsepsi lainnya mengenai ada yang kekal dan tidak materil. Tingkat ini dipecah kedalam beberapa bagian:
·         Kebudayaan ideasional asketik. Mentalitas ini memperlihatkan suatu ikatan tanggung jawab untuk mengurangi sebanyak mungkin kebutuhan materil manusia supaya mudah diserap ke dalam dunia transenden
·         Kebudayaan ideasional aktif. Selain untuk mengurangi kebutuhan inderawi, tipe ini berusaha mengubah dunia materil supaya selaras dengan dunia transenden

2.      sensate yaitu yang serba jasmanian, mengenai keduniawian, berpusatkan pancaindra. Tipe ini didasarkan pada pemikiran pokok bahwa dunia materil yang kita alami dengan indera kita merupakan satu-satunya kenyataan yang ada. Eksistensi kenyataan transenden disangkal. Mentalitas ini dapat dibagi sebagai berikut:
·         Kebudayaan inderawi aktif. Kebudayaan ini mendorong usaha aktif dan giat untuk meningkatkan sebanyak mungkin pemenuhan kebutuhan materil dengan mengubah dunia fisik ini sedemikian, sehingga menghasilkan sumber-sumber kepuasan dan kesenangan manusia. Mentalitas ini mendasari pertumbuhan teknologi dan kemajuan-kemajuan ilmiah serta kedokteran.
·         Kebudayaan inderawi pasif. Mentalitas inderawi pasif meliputi hasrat untuk mengalami kesenangan-kesenangan hidup inderawi setinggi-tingginya. Sorokin menggambarkan pendekatan ini sebagai suatu “eksploitasi parasit”, dengan motto, “makan, minum dan kawinlah, karena besok kita mati”. Mengejar kenikmatan tidak dipengaruhi oleh suatu tujuan jangka panjang apa pun.
·         Kebudayaan inderawi sinis. Dalam hal tujuan-tujuan utama, mentalitas ini serupa dengan kebudayaan inderawi pasif, kecuali bahwa mengejar tujuan-tujuan inderawi/jasmaniah dibenarkan oleh rasionalisasi ideasional. Dengan kata lain, mentalitas ini memperlihatkan secara mendasar usaha yang bersifat munafik (hipokrit) untuk membenarkan pencapaian tujuan materialistis atau inderawi dengan menunjukkan sistem nilai transenden yang pada dasarnya tidak diterimanya.
3.      perpaduan dari ideational-sensate ialah idealistik yaitu suatu kompromis. Sejarah sosiokultural merupakan lingkaran yang bervariasi antara ketiga supersistem yang mencerminkan kultur yang agak homogen. Tiga jenis kebudayaan adalah suatu cara untuk menghargai atau menentukan nilai suatu kebudayaan. Menurut Sorokin tidak terdapat hari akhir ataupun kehancuran, ia hanya melukiskan perubahan-perubahan dalam tubuh kebudayaan yang menentukan sifatnya untuk sementara waktu. Apabila sifat ideational dipandang lebih tinggi dari sensate dan sifat idealistic ditempatkan diantaranya, maka terdapat gambaran naik-turun, timbul-tenggelam dan pasang-suruta dalam gerak sejarah tidak menunjukkan irama dan gaya yang tetap dan tertentu. Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak sejarah atau muara gerak sejarah, ia hanya melukiskan prosesnya atau jalannya gerak sejarah.
Sehingga Bukan pada positivistik yang mendasarkan pada data empiris (kebudayaan inderawi) tetapi pada integralistik budaya yang mendasarkan diri pada pandangan dunia (world view) terhadap keseluruhan yang saling melengkapi antara kebudayaan iderawi (materiil) dan ideasional (non materiil, transenden tidak dapat ditangkap oleh inderawi)
Kategori ini mengandung penegasan terhadap dasar berpikir (premis) mentalitas ideasional dan inderawi. Ada dua tipe dasar yang terdapat dalam mentalitas kebudayaan campuran ini:
·         Kebudayaan Idealistis. Kebudayaan ini terdiri dari suatu campuran organis dari mentalitas ideasional dan inderawi, sehingga keduanya dapat dilihat sebagai pengertian-pengertian yang sahih mengenai aspek-aspek tertentu dari kenyataan akhir. Dengan kata lain, dasar berpikir kedua tipe mentalitas itu secara sistematis dan logis saling berhubungan.
·         Kebudayaan ideasional tiruan (Pseudo ideasional culture). Tipe ini khususnya didominasi oleh pendekatan inderawi, tetapi unsur-unsur ideasioal hidup secara berdampingan dengan inderawi, sebagai suatu perspektif yang saling berlawanan. Tidak seperti tipe a di atas, kedua perspektif yang saling berlawanan ini tidak terintegrasi secara sistematis, kecuali sekedar hidup berdampingan sejajar satu sama lain.


2.3  Kesimpulan Pandangan Filsafat Menurut Pitirim Alexandrovich Sorokin
Pitirim Alexandrovich Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam dengan ganti berganti.
Ia menyatakan tentang adanya cultural universe atau alam kebudayaan dan di dalam alam kebudayaan itu terdapatlah masyarakat-masyarakat dan aliran-aliran kebudayaan.
Dalam tafsiran Sorokin tidak terdapat hari terakhir seperti ciptaan Augustinus, tidak ada pula kehancuran seperti tafsiran Spengler. Ia hanya melukiskan perubahan-perubahan dalam tubuh kebudayaan yang menentukan sifatnya untuk sementara waktu.
Apabila sifat ideational dipandang lebih tinggi dari sensate dan sifat idealistic ditempatkan diantaranya, maka terdapat gambaran naik-turun, timbul-tenggelam dan pasang-suruta dalam gerak sejarah tidak menunjukkan irama dan gaya yang tetap dan tertentu. Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak sejarah atau muara gerak sejarah, ia hanya melukiskan prosesnya atau jalannya gerak sejarah karena itulah yang menunjukkan sifat-sifatnya.
 




BAB 3. KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan teori sorokin itu, setiap kebudayaan pasti akan mengalami pasang surut atau timbul tenggalam,pada suatu saat corak kebudayaan identional yang menonjol. Tetapi pada saat yang lain corak kebudayaan sensate nya yang berada diatas. Mungkin sekali timbul corak kebudayaan yang kompronis artinya corak identional dan corak idonlistionya menjadi satu didalam satu corak kebudayaan, sehingga dengan demikian menurut sorokin didalam gerak sejarah tidak  terdapat hari akhir seperti teori yang diketengahkan olehagustinus. Begitu juga kebudayaan tidak akan hancur seperti didalam teorinya Oswald spengler.Dari teori yang dikemukakan oleh Sorokin dapat ditarik kesimpulan bahwa sorokin tidak berusaha untuk mencari pangkal gerak dari sejarah, demikian pula juga tidak berusaha untuk menetapkan muara gerak dari sejarah, namun ia hanya melukiskan prosesnya atau jalannya gerak sejarah karena itulah yang menunjukkan sifat-sifatnya.









DAFTAR PUSTAKA

Ø  Tamburaka, Rustam E. (1999). Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Fillsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek.Jakarta: PT RINEKA CIPTA

Ø  http://www.pitirimsorokin.org."SorokinResearch Center (Russia, Komi Republic, Syktyvkar)" (in Russian). Sorokin Research Center. Retrieved 2009-09-11.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar